Semua Tentang Haikyuu!!

Akhir-akhir ini saya terserang penyakit bernama gagal move on. Penyakit ini bisa kambuh kalo penderitanya denger lagu “tobe flyyy~ hiiiigh~” yang versi moonlight sambil ngeliat gambar cowo-cowo dua dimensi lagi main voli. Kambuhnya ditandai dengan gejala perilaku aneh seperti mengurung diri di kamar, nangis tanpa sebab yang pasti, peluk guling, sambil cakar tembok.

…engga deng. Saya engga gila. Cuma lagi hiperbolis aja.

Dan yup, saya gagal move on dari Haikyuu. Entah sejak kapan saya jadi lengket banget sama Haikyuu macem lem setan nempel ke jari. Susah lepas coy. Saya jadi kayak kehilangan jiwa wibu karena semenjak nonton Haikyuu, saya udah ga tertarik lagi nonton anime-anime lain. Apa lagi namanya kalo bukan gagal move on?

Sebenernya butuh waktu lama banget sampe saya bener-bener suka sama Haikyuu. Lah bayangin deh, saya pertama kali nonton Haikyuu udah sejak tahun 2014, waktu itu Haikyuu masih fresh baru aja airing, ehh baru bener-bener suka tahun 2019. Lima tahun pertama ke mana aja =_=

Mungkin karena di tahun 2014, pola pikir saya masih dipengaruhi oleh anime sport lain yang populer di masa itu, Kuroko no Basket. Saya suka KuroBasu karena intense dan kompetitif banget, alur ceritanya jelas yaitu bertujuan untuk mengalahkan generasi keajaiban dengan basketnya si Kuroko. Setiap kali pertandingan, meski melibatkan kemampuan yang ngga masuk akal, tapi suasana kompetitifnya kerasa banget dan berhasil bikin jantung ini dag dig dug serrr. Seru banget deh pokoknya. Karakterisasi yang kuat dan art style yang cenderung manly juga termasuk aspek yang saya sukai dari KuroBasu.

Makanya begitu liat Haikyuu, yang meski genrenya sama-sama sport tapi beda jauh dari KuroBasu, tanpa sadar saya jadi ngebandingin. Alurnya lebih datar, less drama, less conflict, bagi saya Haikyuu terlalu chill dan cenderung ngebosenin, ga tau tujuannya apa selain memenangkan pertandingan. Terlalu general. Karakternya ga semencolok di KuroBasu jadi agak susah diinget, dan art stylenya terkesan terlalu cute. Karena terlalu banyak perbedaan yang belum bisa saya terima, akhirnya ya nonton sekadar nonton, udah selesai sampe season 3, tapi abis itu lupa. Nama karakternya aja saya ga hafal. Cuma hafal anak-anak Karasuno plus Kenma, Oikawa, dan Ushijima. Udah itu doang.

Terus, di pertengahan tahun 2019, ga ada angin ga ada hujan, tiba-tiba saya kepengen rewatch Haikyuu. Gatau deh. Lagi bengong, mendadak kepikiran aja gitu. Random sih, emang. Tapi berkat pemikiran random ini, saya jadi sadar kalo selama ini udah melewatkan sesuatu yang berharga. Entah kenapa, begitu nonton Haikyuu untuk yang kedua kali, saya jadi kayak nonton dari kacamata yang berbeda. Dengan sudut pandang dan pola pikir yang sama sekali baru, udah ga terpancang lagi sama KuroBasu, dan mendadak nemuin hal-hal yang dulu ngga saya  sadari pas pertama nonton. Jadi rasanya kayak, “Lah, ternyata Haikyuu bagus juga ya. Dulu pertama kali nonton kok bisa ga suka sih -_-“

Sebelumnya maapin kalo saya mungkin bakal banyak membandingkan Haikyuu sama KNB. Ini cuma pendapat pribadi, mohon jangan diambil hati, karena saya suka dua-duanya, dan dua-duanya punya poin plus masing-masing.

Kalo menurut saya, yang paling mencolok dari Haikyuu adalah persaingan yang sehat. Bukan berarti anime sport lain persaingannya ga sehat sih. Tapi di Haikyuu ini, Furudate-sensei did a great job menempatkan setiap tim dalam posisi dan kedudukan yang “sama” dengan tim protagonis. Sama-sama anak SMA yang tergila-gila sama voli dan kepengen menang. Ga ada motivasi khusus, ga ada chara jahat yang perlu dibikin tobat, ga ada chara yang begitu mengancam sampe harus banget dikalahkan. Murni mau bersaing secara sehat di dunia voli. Saling mendukung, saling membantu supaya bisa maju bersama-sama. Bahkan ga jarang anak beda sekolah saling mengajari dan berbagi pengetahuan. Karena sejatinya ini cuma voli, bukan kompetisi saling membunuh.

Dan sebagai akibatnya, we can’t help but loving them all. Kesannya kayak setiap tim adalah protagonis dari cerita mereka masing-masing. Cuma kebetulan aja kita ngeliat dari sudut pandang Karasuno. Kalo di KuroBasu kita tanpa sadar punya mindset bahwa Seirin harus menang, di Haikyuu engga. Kamu bebas mau dukung siapa aja, bahkan mayoritas fans Haikyuu punya kecenderungan untuk mendua hati. Lah, gimana engga? Setiap kali nonton pertandingan, di satu sisi kita pengen tim A menang, tapi di sisi lain ga mau liat tim B kalah. Nahloh. Intinya kita pasti dibikin cinta sama semua tim, sama semua karakter. Ga ada alasan khusus kenapa kita harus mendukung Karasuno, karena tim lain pun juga sama-sama berjuang, sama-sama kepengen menang dan melaju ke nasional.

Aoba Johsai adalah tim favoritku :))

Jadi inget di season 1, Karasuno kalah dari Seijoh dan saya mewek. Trus di season 2, Seijoh kalah dari Karasuno dan saya mewek juga :” Kadang saking bingungnya sampe ga tau mesti nangis atau ketawa :") Intinya mereka semua presyes dan saya pengen mereka semua menang :” //mana bisa

Secara teknis juga Haikyuu realistis. Bukan berarti semua teknik di sana bisa dipraktikkan di dunia nyata sih, tapi at least masuk di akal, ada penjelasan logisnya. Ga melibatkan kemampuan supernatural yang aneh-aneh. Haikyuu juga sering menyelipkan pengetahuan tentang voli, semua teknik yang mereka lakukan ada penjelasannya, bahkan dari yang paling dasar sekalipun. Jadi orang awam kayak saya pun bisa ngikutin ceritanya tanpa ngerasa kebingungan.

Trus karakterisasi, yang tadi sempet saya bilang ga se-mencolok para prodigies eksentrik dari Kiseki no Sedai. Tapi ternyata justru inilah yang bikin para karakter di Haikyuu lebih manusiawi, dan kita jadi lebih gampang relate sama mereka. Ga ada karakter yang terlalu sempurna, ga ada karakter yang terlalu ngeselin sampe layak dibenci. Semuanya minta disayang. They’re all lovable in their own way. Not to mention I got plenty of husbandos, too.

Main charanya menarik banget. Biasanya saya jarang merhatiin MC, tapi Hinata dan Kageyama udah sukses mencuri hati saya. Meski ada sedikit unsur kemiripan dengan KNB yaitu dua main charas jadi partner yang saling melengkapi dengan konsep cahaya-bayangan, tapi menurut saya Hinata dan Kageyama lebih menarik sebagai MC, dan dynamicnya juga jauh lebih dapet. Hinata is literally a little ball of sunshine, cocok banget sama namanya. Tipe orang yang bersemangat, social butterfly, berbakat tapi sedikit abstrak. Kamu tau, ada satu jenis orang yang mampu membangkitkan seluruh perasaan baik yang kamu kira ga kamu miliki... kurasa Hinata punya kemampuan seperti itu. Makanya semua orang sayang sama dia. Sedangkan Kageyama, dia adalah orang yang sangat berbakat. Tapi, Furudate-sensei itu adil. Karena jenius di bidang olahraga, sebagai akibatnya, dia zonk di pelajaran sekolah dan awkward dalam bergaul. Dan sifatnya ini digambarkan dengan jenaka. Temperamennya yang tinggi dan kecanggungannya dalam berkomunikasi, alih-alih jadi kelemahan, malah bikin orang-orang jadi gemes sama dia. Dan dua manusia ini, Hinata dan Kageyama, kalo udah berinteraksi tuh lucu banget. Saya gemes pengen ngarungin mereka berdua trus saya bawa pulang TwT

Haikyuu ini character-driven banget. Fokus sama pengembangan masing-masing karakter. Kita akan ngeliat background story, gimana sifat karakter itu di awal cerita, gimana mereka menghadapi konflik, dan gimana konflik itu pelan-pelan mengubah sifat mereka ke arah yang lebih baik. Seiring plot berjalan, semua karakter akan berkembang.

Kageyama Tobio adalah salah satu karakter yang pengembangan psikologisnya keren banget. Dari sosok seorang tiran yang diktator dan selalu merasa dirinya paling bener, tapi sejak masuk Karasuno dan ketemu orang seajaib Hinata, ketemu temen-temen dan para senpai yang suportif, pelan-pelan dia mau belajar untuk mengesampingkan ego dan mendengarkan orang lain, mencoba untuk berbaur dengan temen-temen setim, sampe akhirnya dia tau apa arti teamwork yang sesungguhnya.

Contoh lain, Yamaguchi Tadashi. Yang awalnya minder karena ngerasa dialah yang paling ga berbakat di antara temen-temen satu angkatan. Tapi dia mau berusaha supaya bisa berguna buat timnya. Meski awalnya ga mulus, sempet gagal juga, tapi dia terus berusaha, sampe akhirnya dia jadi sosok seorang kapten yang membawa Karasuno masuk ke tiga besar nasional. Keren ga? Keren kan?!! Saya terharu dong pas liat dia pertama kali berhasil ngeserve dengan mulus dan bikin lawan kewalahan. Duh anakku, you’ve grown up so much :”

Rasanya kek setiap karakter punya sisi positif dan depth yang menarik buat dikulik. Ceritanya juga ga berfokus ke karakter itu-itu aja. Semuanya dieksplorasi sebagai satu tim yang utuh. Semua punya peran masing-masing. Dan mungkin pengaruh humornya juga, cara penggambaran karakter yang kadang suka dibikin lucu, bikin kita bisa dengan mudah merasakan ikatan emosional yang kuat dengan mereka. Dan relationship mereka itu sesuatu banget deh. Interaksi mereka tuh gemesin dan wholesome banget, Haikyuu literally adalah ladang subur buat para fanartist dan author fanfic XD

Dan meski Karasuno ga pernah bener-bener jadi nomer satu di nasional, tapi selepas SMA, perjalanan mereka dilanjut lagi. Dengan kombinasi tim yang berbeda, mereka masih melanjutkan mimpi mereka di dunia voli internasional. Kalo di-summarize, sebenernya Haikyuu ga cuma bercerita tentang Hinata dan Kageyama, tapi juga keseluruhan tim, semua yang pernah melawan Karasuno dan berakhir jadi kawan, tentang perjalanan mereka di dunia voli dan karir setelah dewasa. Dari bocah SMA kuprit yang belum bisa apa-apa, sekarang jadi dewasa dan sukses di jalan masing-masing, apalagi yang masih meneruskan perjalanan di voli, sekarang bisa berdiri gagah di panggung internasional, jadi sorotan dunia :")

Sekarang manganya udah tamat :”)) jujur saya sedih banget pas chapter terakhir keluar. Cerita mereka udah selesai. Well, udah hampir 4 bulan yang lalu sih, tapi kadang sedihnya masih suka kerasa sampe sekarang. Haikyuu udah banyak nemenin saya, bikin saya nangis dan ketawa, jadi moodbooster dan sumber inspirasi, tempat saya ketemu temen-temen baru, tempat saya memulai belajar digital art, banyak banget deh dampak baik setelah nonton Haikyuu :”)) Makasih Furudate-sensei udah nyiptain manga sekeren Haikyuu *sembah sujud*.

Dan… nyesel juga sih karena telat sukanya sama Haikyuu. Coba kalo saya suka dari tahun 2014, pasti sekarang udah jadi fans veteran XD Inilah kenapa kita perlu punya pemikiran yang terbuka, ga memandang sesuatu dari satu sisi aja, tapi juga dari sudut pandang yang lain. Haikyuu mungkin emang cenderung ngebosenin buat orang-orang yang terbiasa nonton anime plot-driven yang dramatis dengan pace yang cepat. Soalnya beberapa temen saya juga bilang kalo Haikyuu itu ngebosenin :”) Tapi kalo kita mau sedikit aja bersabar, mencoba memahami ini anime arahnya ke mana, nonton dengan enjoy, kita bakalan tau kalo Haikyuu itu worth-watching. Dan manganya juga worth-reading banget. We won’t know what we’ve been missing until it arrives :)

Once again, thank you Furudate-sensei!