Yume no You na

Mungkin agak telat kalo saya mau cerita soal ini sekarang, soalnya hypenya udah berakhir beberapa saat yang lalu. Tapi gara-gara kemarin iseng dengerin lagu Yume no You na (ending kedua Dr Stone, dinyanyikan oleh Saeki Yusuke), jadi inget sama Senku dan Byakuya, trus rewatch flashback mereka sebelum manusia berubah jadi batu, trus jadi baper berkepanjangan deh :”

Agak ga nyangka sih ada momen sesedih ini di anime macem Dr Stone. Sebenernya scene ini kayak bukan scene yang sengaja dibuat sedih. Ga ada adegan di mana karakternya nangis kejer diiringi alunan piano yang menyayat-nyayat hati. Ga ada. Jadi kayak biasa aja gitu, tapi tiba-tiba air mata kita menitik dengan sendirinya :”D Jadi agak bingung gitu, scenenya kayak ga terlalu sedih, tapi kenapa sayanya banjir :”D

Mungkin ini adalah scene tersedih ketiga yang berhasil bikin saya nangis dalam sejarah menonton anime (anyway, yang pertama adalah Clannad AS episode 18 dan yang kedua adalah Assassination Classroom waktu Koro-sensei dead). Yea walaupun pas nonton ini engga sampe nangis guling-guling kayak pas nonton Clannad atau AssClass, tapi scene ini berhasil menyentuh hati saya :"

Byakuya dan Senku punya hubungan yang unik. Cara mereka berkomunikasi tuh kayak ke temen sendiri, bukan kayak ayah dan anak. Senku dari sononya mungkin emang sifatnya cuek, jadi dia ceplas ceplos aja gitu ke ayahnya, ga ada hormatnya sama sekali XD Sedangkan Byakuya orangnya juga easygoing, dia fine-fine aja digituin sama Senku.

Diliat sekilas, mereka berdua kayak cuek satu sama lain, tapi jauh di dalem hati, Byakuya nganggep Senku harta paling berharga di dunia. Dia bangga banget sama Senku meski doi bukan anak kandungnya, ke mana-mana selalu bawa-bawa nama Senku, selalu cerita soal Senku, such a proud dad. Dia ngeliat kegilaan Senku terhadap sains, trus memberikan segudang peralatan sains lengkap, dan dengan rendah hati bilang, “Aku cuma bisa kasih kamu ini.” :”)

Sedangkan Senku, meski keliatan agak kurang ajar, tapi dia akan ngelakuin apa aja buat ayahnya. Dia cape-cape bikinin baju khusus berteknologi tinggi supaya Byakuya bisa belajar berenang pake baju dan diterima di ujian astronot. Sampe-sampe pas lolos dan masuk tahap interview, Byakuya membanggakan Senku anaknya di hadapan para interviewer. Tau ga sih, itu cute banget :”

Mereka itu bukan tipe orang yang akan menunjukkan rasa sayang mereka lewat kata-kata, tapi lewat tindakan. Dan tipe hubungan yang kek gini tuh jauh lebih deep daripada yang terang-terangan bilang I love you.

Saya suka banget sama cara mereka mempercayai satu sama lain. Ketika pembatuan itu terjadi, yang Byakuya pikirin cuma Senku. Dia percaya Senku masih hidup dan akan membuka mata suatu saat nanti. Maka dia mengorbankan seluruh sisa hidupnya untuk mempersiapkan segalanya, supaya ketika Senku bangun nanti, dia ga sendirian. Padahal Byakuya tau betul dia ga akan bisa ketemu Senku lagi untuk selamanya.

Dan sekarang, “hadiah” dari ayahnya itu udah sampe ke tangan Senku, melintasi waktu, ribuan tahun lamanya. Hadiah itu adalah Chrome, Kohaku, Ruri, Suika, beserta seluruh penduduk desa Ishigami—temen-temen yang akan membantu Senku mengembalikan peradaban manusia yang udah hilang dimakan waktu.

Ngomong-ngomong, selain Byakuya dan Senku, cerita tentang Byakuya dan lima temen astronotnya juga menyentuh banget sih. Walupun agak ganjel karena... kenapa ya mereka ga mencari cara buat pergi ke kota terdekat dan memanfaatkan sarana dan prasarana di sana, alih-alih susah payah tinggal di tepi laut kayak orang primitif. Padahal kan di kota pasti persediaan pangan masih berlimpah, obat-obatan juga ada, alat transportasi pun bisa dipake. Tapi yaudahlah ya, mari asumsikan kalo prioritas mereka adalah bertahan hidup dan tempat mereka mendarat itu minim sumber daya. Di luar itu, cerita mereka menyentuh banget. Tentang menjadi manusia terakhir yang berhasil selamat, bikin keturunan, dan mewariskan "Seratus Cerita" yang sebenernya adalah pesan-pesan rahasia. Diserang penyakit pneumonia dan satu persatu mulai meninggal, dan... ramen yang kau berikan waktu itu sangat enak. Momen terakhir Shamil bikin nangis guling-guling :")

Yang paling sedih adalah scene ketika Senku berdiri sendirian di depan “batu nisan” Byakuya. Karena, ga ada yang lebih menyedihkan daripada ngeliat orang yang biasanya logis, dingin, selalu keliatan strong dan seolah ga punya perasaan kayak Senku, ternyata juga bisa menangis. Senku bukan robot. He does have feelings. Dia cuma pandai menyembunyikannya. Apalagi setelah mendapati ayah yang sangat dia sayang udah mati ribuan tahun lalu dan meninggalkan satu desa beserta seluruh isinya, cuma buat dia seorang. Ayah yang, di saat-saat kritis, bertahan hidup aja susah, masih bisa mikirin anaknya—yang bahkan dia ga tau kondisinya gimana dan apakah masih bisa hidup lagi setelah jadi batu.

Animasinya di ending kedua juga menyentuh banget, walaupun simple. Tapi artnya lucu banget sih, saya gemes. Dimulai dari kata-kata “Yume no you na hanashi de ii, mou ichido kikasete” (gapapa meski ceritamu kedengeran kayak mimpi, aku mau dengerin sekali lagi). Entah kenapa di sini saya ngebayangin Byakuya lagi dengerin ceritanya Senku. Karena dia masih bocah dan keinginannya setinggi langit, maka cerita itu kedengeran kayak mimpi di telinga orang dewasa. Tapi Byakuya dengan sabar mendengarkannya karena dia sayang sama Senku.

Abis itu ada gambar Senku lagi ngeliat bintang-bintang lewat teleskop yang diberikan Byakuya. Trus berganti ke scene ketika Senku menjadi batu (dia diem aja tiduran di antara bintang-bintang). Dan ketika akhirnya bebas dari pembatuan, dia ngeliat Byakuya udah pergi jauh dan ga bisa digapai lagi. Di situ Senku nangis :” Tapi trus dia bangkit, menghapus air matanya, dan kali ini dia ngeliat bintang dari dalem observatorium yang diberikan temen-temen penduduk desa Ishigami. Dan ditutup dengan satu kalimat, “kimi o matte iru” (aku menantimu :”)

PLIS ini tuh simple tapi ngena banget :”)