Destination Unknown
Terus terang, ini kali pertama saya baca novel
misteri dari penulis yang bener-bener udah terkenal di dunia—Agatha Christie.
Genre misteri bukan genre favorit saya. Thriller suka sih, tapi kalo terlalu
berbau detektif keknya saya mundur aja deh hehe. Tapi gatau dapet angin apa ya,
kemarin waktu ga sengaja ngeliat buku ini di perpus, saya langsung ambil aja.
Saya kira ceritanya bakal njelimet, ternyata
engga. Di awal mungkin agak susah dipahami, tapi begitu masuk ke bagian Hilary,
mulai deh terasa serunya.
Jadi ceritanya dibuka dengan adegan seorang
detektif (?) bernama Jessop yang lagi menangani kasus hilangnya seorang ilmuwan
terkenal, Thomas Betterton. Dia juga menginterogasi istri yang bersangkutan,
Olive Betterton, karena dia diem-diem curiga si istri ini tau sesuatu tentang
hilangnya sang suami. Tapi Olive ngga mau ngaku. Olive bilang dia mengalami tekanan
mental, sedih karena suaminya hilang, dan dianjurkan oleh dokter untuk
jalan-jalan ke luar negeri untuk menyegarkan pikiran.
Didorong oleh kecurigaan, Jessop membuntuti Olive
(dengan pesawat yang berbeda tentunya). Tapi ternyata ada kejadian tak terduga.
Pesawat yang ditumpangi Olive kecelakaan. Olive masih hidup, dia dibawa ke
rumah sakit, tapi umurnya tinggal sebentar. Di saat yang bersamaan, Jessop engga
sengaja bertemu dengan Hilary Craven di kota tujuan mereka. Hilary ini seumuran
sama Olive, perawakan mirip, dan warna rambutnya sama persis—rambut merah ginger
khas orang-orang Inggris. Tapi, Hilary lagi putus asa sama hidupnya dan mau
bunuh diri. Sedetik sebelum menelan pil tidur, Jessop beraksi. Dia menawari
Hilary cara bunuh diri yang lebih efektif; menggantikan Olive Betterton masuk
ke sarang musuh.
*Spoiler Alert*
Ya, jadi judulnya “Destination Unknown” ini kerasa
banget sih di keseluruhan cerita. Kita diajak berpetualang dari mata seorang
Hilary Craven, yang engga tau apa-apa dia mau ke mana, engga tau nantinya harus
berhadapan dengan orang macam apa, cuma mengikuti clue aja dari orang-orang di
sekitarnya yang—ternyata—semuanya berhubungan dengan tujuan akhirnya. Sepanjang
cerita saya ngeri juga sih membayangkan berada di negeri asing, sendirian, dan
ternyata seluruh gerak-gerikmu diawasi oleh beberapa mata dari pihak-pihak yang
berbeda. Teman-teman seperjalananmu ternyata agen rahasia, orang asing yang
tampak ga penting ternyata konglomerat kelas kakap yang datang khusus untuk
menemui kamu.
Tentang orang-orang idealis yang kepingin “kabur”
dari dunia nyata ke dunia impian mereka, saya udah sering liat di karya-karya
fiksi lainnya, jadi ngga terlalu kaget. Bahkan di dunia nyata pun orang-orang
yang kek gitu beneran ada. Mereka terlalu dibutakan oleh idealisme mereka
sendiri, merasa bahwa dunia ini sampah dan perlu dimusnahkan. Terus menciptakan
dunia baru yang dipenuhi oleh orang-orang jenius seperti mereka. Bleh.
Twistnya lumayan dapet sih. Beberapa kali saya
dibuat kaget. Tapi lama-lama, karena udah terbiasa kaget, saya jadi ngga kaget
lagi. Somehow pikiran ini mulai terlatih mengaitkan benang-benang yang tampak
ngga berhubungan. Tapi harus saya akui, twist terakhir sama sekali ngga
terduga. Saya ngga kepikiran kalo Andrew Peters adalah Boris, dan Thomas
Betterton adalah pembunuh Elsa.
Oke, sebenernya sejak awal Jessop menyebutkan
riwayat hidup Thomas Betterton, saya udah curiga dia ini kriminal yang membunuh
Professor Mannheim untuk mencuri penemuannya dan menikahi putrinya. Dugaan saya
ternyata meleset, tapi ada benernya juga. ZE Fission bukan buah pemikiran
Thomas, bukan Mannheim juga, tapi Elsa. Dan yang dibunuh bukan Bapaknya, tapi
malah putrinya—istrinya sendiri.
Saya terus bertanya-tanya, Boris itu siapa, kenapa
dia berbahaya. Ngga nyangka ternyata dia adalah orang yang paling dekat sama
Hilary sejak dia masuk ke Tirai Besi. Boris berbahaya karena Thomas bersalah.
Jadi, alesan kenapa Thomas operasi plastik dan keliatan ketakutan adalah karena
dia emang buron. Dan dia semakin ketakutan lagi di dalam “penjara” karena dia
ngga bisa menelurkan karya-karya hebat seperti yang diharapkan—karena dia emang
orang biasa, bukan ilmuwan jenius.
Endingnya cukup memuaskan. Thomas ditangkap, dan ada hint romance antara Hilary dengan Boris a.k.a Peters. Sejumput bumbu manis di kisah yang gelap. Akhir kata, Hilary berhasil menyelesaikan misinya—baik sebagai mata-matanya Jessop maupun utusan Olive Betterton. Hilary engga lagi pengen bunuh diri. Dari petualangan ini, dia mendapatkan semangat hidupnya kembali. Dan mungkin selanjutnya Peters akan lebih lagi memberinya alasan untuk melanjutkan kehidupan, siapa tahu?
Well, karena ini buku Agatha Christie pertama yang
saya baca (dan buku genre mystery pertama juga yang saya baca), saya ngga bisa
menilai seberapa bagus buku ini. Sebagai pembaca awam, saya enjoy baca
ceritanya, habis dalam sehari karena selalu ada hal-hal menarik yang bikin
penasaran dan mendorong saya untuk terus membaca. Overall saya suka!