Yuukoku no Moriarty season 2
Mau numpang fangirling sebentar.
Jadi saya baruuuuuu aja selesai nonton Yuukoku no
Moriarty season 2. Dan baru kali ini saya ngerasa capeeeeee banget meski cuma
duduk doang ngeliatin layar. Kenapa? Karena sepanjang nonton, saya sibuk
teriak-teriak—
“YAAMPON WILL GANTENG!! GANTENG BANGET!! OTAKNYA
TERBUAT DARI APA SIH AKSJADKSH—CARA BERPIKIRNYA ITU LOH SEKSEH BANGET. TRUS
MATANYA JUGA CANTIK BANGET. TRUS RAMBUTNYA JUGA INDAH BANGET BERKILAU PENGEN KUELUS-ELUS AAAAAAAA GUSTI TOLONG AKU JATUH CINTA SAMA COWO GEPENG—“
Dan selesai nonton saya langsung tepar sendiri.
sir you can shoot me and i'd be thankful |
Kayaknya dulu di season 1 saya ngga sebegini-begini amat
kesengsem sama Mas William James. Udah lama ngerasa sih kalo Will ini vibenya
mirip-mirip sama Makishima—villain favorit saya. Tapi dia agak lebih lawful dan
beradab dibanding Makishima yang chaotic. Will cuma mau membunuh mereka yang
jahat, terutama dari kalangan bangsawan, karena alasan kejahatannya adalah moral dan keadilan. Sedangkan
Makishima suka membunuh siapa aja, bahkan orang yang ngga berasalah sekalipun. Tapi entah ada apa ya di
season 2 ini, saya bisa sampe kejang-kejang setiap kali ngeliat William. Mungkin
dia pake pelet.
Kalo ga salah semua berubah di episode 7 kali ya. Waktu
flashback Will ngasih hutang ke orang yang bilang mau bangun panti asuhan. Di
usia sekecil itu dia udah bisa membaca perilaku orang lain dan menjebak mereka
dengan muslihat dan argumen-argumen cerdas. Bahkan di hadapan hakim pun dia
bisa bersilat lidah dengan lancar. Kayak, buset nih bocah makannya apa ya…… bisa
pinter gitu. Ga habis pikir saya.
Tapi menjelang episode-episode akhir, alih-alih
fangirling, saya jadi uring-uringan ga jelas. Cerita mulai ada aroma-aroma
angst-nya. Bermula dari si bangsat Milverton dengan rencana busuk di hatinya,
yang malah berubah jadi mak comblang antara Sherly dengan Will. Dia ngga tau
mereka berdua saling kenal. Alih-alih menangkap si penguasa kejahatan, Sherly malah
ketawa ngakak. Dan mengatakan sesuatu yang ambigu banget kayak, “Ternyata
bener itu kamu, Liam! Aku seneng banget. Kalo bukan kamu mah aku males. Aku ngga mau yang lain. Aku maunya cuma kamu."
See? Ambigu banget kan? Saking ambigunya bikin jiwa fujo saya bergetar-getar. HE'S SO GAY ASFJAKDFJ NOW KISS ALREADY. Dan mereka berdua, hitam dan
putih, bersatu mengalahkan si bangsat yang mengira dirinya raja padahal cuma badut alun-alun.
Oke. Sampe di sini saya masih seneng sama perkembangan cerita. Saya seneng—meski
Holmes keknya udah lama menduga kalo William-lah orangnya—dengan dipertemukan
langsung kek gini, semuanya jadi clear. I didn’t see the tragedy was about to
come…
Agak surprised sih yaa waktu Sherly nekad bener nembak Milverton sampe mati (?). Padahal Will juga menodongkan pistol, tapi yang beraksi adalah Sherly. Dia ngelakuin itu semata-mata untuk merusak rencana William. Untuk melakukan sesuatu di luar ekspektasinya. Will, yang selalu tenang dan punya poker face mahatebal, sekarang jadi gelisah. Dia ngga nyangka Sherly bakal membunuh orang. Sejak saat itu, semuanya berubah. Will mulai melihat akhir dari rencana yang dia bangun mateng-mateng dari kecil ada di depan mata.
Dan di dua episode terakhir, hati saya hancur
berkeping-keping. Ternyata emang sejak awal, puncak rencana William adalah
kematiannya sendiri. WHAT THE—?!
Apa-apaan ini hei?! Saya paling benci kalo
harus ngeliat seorang karakter yang punya niat mulia di dalem hatinya harus
berakhir jadi martir. Sumpah, saya benci banget T_T Saya tuh paling ga
tega ya ngeliat seseorang yang udah begitu banyak berjuang demi orang lain,
menanggung semua penderitaannya sendirian, harus berakhir mati—atau lebih parah
lagi, mati dengan membawa kebencian dari orang-orang yang selama ini dia
perjuangkan. Mungkin kematian emang manifestasi tertinggi dari sebuah
pengorbanan, tapi… ARGHHHH. NO I CAN’T TAKE THIS. PLIS JANGAN MATI DONG AH.
*nangis darah*
*cakar tembok*
Apalagi waktu Louis dan Fred sampe minta tolong ke
Sherly buat nyelametin William :"
Scene terakhir adalah William dan Sherly yang berhadapan
di ujung jembatan, disaksikan oleh seluruh penduduk kota. OHHH!! Jadi season 2 ini udah mencakup semua, sampe ke sana? Beberapa
waktu yang lalu saya emang dapet banyak spoiler tentang manga Yuukoku no Moriarty
yang "katanya" hampir mendekati ending. Banyak banget saya liat scene William yang terjun
ke laut trus dipeluk sama Sherly, keknya dramatis banget. Waktu itu saya udah heboh, kepingin segera
lanjutin baca manganya supaya bisa nyampe ke sana. Tapi emang dasarnya saya procrastinator, setiap kali mau baca bawaannya malessssss banget.
Akhirnya saya mengambil keputusan untuk ngga main dulu di
fandom. Pertama, karena saya ngga mau mengetahui endingnya dari orang lain.
Pengen liat langsung, meski kapan itu ngga tau. Kedua, karena saya lagi asik di
fandom lain HAHAHAHA. Saya ngga tau kelanjutannya gimana, apakah mereka hidup
atau mati, I have no clue.
((Belakangan saya tau kalo scene itu belum ending sih. Authornya memulai arc yang baru lagi. Dulu orang-orang bilang itu ending mungkin karena di novel aslinya endingnya begitu))
Dan ternyata, sekaranglah saatnya!! Jujur, saya deg-degan banget pas William mulai terjun. Dialognya mulai dramatis. “Kalo kita lahir di dunia yang lain, mungkin kita bisa jadi teman dekat.” // "Kamu ngga pernah memandangku semata-mata sebagai bidak pelengkap rencanamu. Sebaliknya, aku pun ngga pernah memandangmu semata-mata sebagai teka-teki yang harus kupecahkan. Hubungan kita ngga seperti itu!" // "Jadi kamu kemari bukan sebagai detektif, tapi sebagai teman?" // "Tetaplah hidup, Liam!!" // “Aku kalah, Sherly.”
SHERLY!! DIA MANGGIL SHERLOCK DENGAN SEBUTAN SHERLY!!
Ekspresinya William itu lohhhhhh. Selama ini dia emang
selalu tersenyum, tapi senyumnya itu kayak senyum sebatas tata krama aja. Baru
kali ini saya liat dia tersenyum dengan begitu tulus, senyum ketika mendapati
ada orang yang mau nganggep dia temen, bahkan niat banget mau nyelametin nyawanya. Ekspresinya kayak ekspresi anak kecil yang polos banget, my
heart melted :”
Dan waktu Sherly terjun dan meluk William, ekspresi saya persis seperti ini.
bagai melihat cahaya surgawi |
Momen itu seperti momen kemenangan Sherlock. "I did it! I catch you!!", setelah diberi tantangan "Catch me if you can, Mr Holmes." Gila gila gila. Dia sampe nekad ikut terjun ke laut. Bisa aja dia mati loh. Sebenernya seberapa berharga William di mata Sherlock?
Dan setelah itu skip ke tiga bulan kemudian. Masih deg-degan
dan harap-harap cemas, Louis membuka narasi dengan mengatakan, “Sejak saat
itu, tubuh kakak tidak pernah ditemukan.”
WOOOYYYYYYYYYYY T______T
Tapi scene penutupnya bikin saya lega setengah mati. Sherly dateng ke sebuah negeri asing, di Swiss kalo ga salah ya. Dia bawa tas gede, duduk di bar, dan ngobrol sama bartendernya, "Aku lagi nyari temenku." Trus ditanya kan orangnya kek gimana. Sherly jawab, "Orang yang ngamatin tangga dan mikirin golden rationya." Dan ternyata, William udah lebih dulu ada di sana, duduk di sebelah Sherly, dan tersenyum denger kata-katanya.
Oke. Saya cuma mau bilang…
TERIMA KASIH TUHAAAANNNNN *sujud syukur*
Seriusan ini saya lega banget. William masih hidup dan
sehat-sehat aja. Mungkin dia sengaja pergi ke tempat yang baru untuk memulai
hidup yang baru, dengan identitas yang ngga diketahui oleh siapa pun. Tadi saya
ngira dia beneran mati loh. Habisnya, banyak author dari manga, buku, film,
atau apa pun, yang suka banget mainin perasaan pembacanya. Kayaknya mereka ada aroma-aroma mau selamat. Tapi kehendak author
siapa yang tau? Bisa aja William tetep dibikin mati just for the sake of
killing him.
Tapi ternyata, syukurlah, dia masih hidup. Saya ngga
pernah ngerasa selega ini seumur hidup saya. Kek ada sebongkah besar batu diangkat dari pundak saya. PLONG.
Well, ini season 2 epic banget sih. Berhasil bikin saya
terpontang-panting ke sana kemari saking epicnya. Sebagiannya sih karena
sebenernya saya—ehem—ngeship Sherly dengan William. Kebetulan aja hubungan
mereka itu ngepas banget sama dynamic favorit saya. Dynamic yang, “Selama
ini belum ada yang mampu menandingiku seperti kamu. Kamu adalah rivalku. Tapi
sebenernya aku tertarik sih sama kamu.”
Saya ngeship mereka bukan ke arah romance sih ya
sebenernya. Saya lebih suka ngeliat sisi platonic friendship aja. Will dan
Sherly sendiri secara canon udah mengakui kalo mereka tertarik satu sama lain,
bahwa Sherly adalah orang pertama yang bisa mengerti William, begitu juga
sebaliknya. Ngga ada yang lebih memuaskan buat orang-orang jenius kayak mereka selain menemukan orang lain yang "setara" dan bisa diajak duel, mengasah pikiran, atau memecahkan kasus bersama-sama. Logic is their language. Hubungan yang seperti itu udah lebih dari cukup bikin saya bahagia :")
Oke. Sekarang udah larut malem dan saya ngantuk. Mungkin di
lain kesempatan saya pengen ngefanart atau ngoceh lagi tentang William, Sherlock,
atau yang lainnya. Now I can sleep peacefully. Bye~